Kita sering mendengar istilah pengujian satu arah (one tailed) dan dua arah (two tailed). Dalam pembahasannya sering kali terjadi kesalahpahaman antara satu peneliti dengan peneliti yang lain, atau antara dosen dengan mahasiswa. Dalam berbagai laporan penelitian juga sering didapati, bahwa hipotesisnya satu arah, tetapi pengujiannya dua arah, atau sebaliknya. Hal tersebut sebenarnya kurang tepat secara statistik (rasanya gak enak kalau mau bilang salah) karena pengujian satu arah dan dua arah adalah hal yang tidak identik dan mempunyai nilai batas yang berbeda.
Pengujian
dua arah adalah pengujian terhadap suatu hipotesis yang belum diketahui
arahnya. Misalnya ada hipotesis, ‘diduga ada pengaruh signifikan antara
variabel X terhadap Y’. Hipotesis tersebut harus diuji dengan pengujian
dua arah. Sedangkan hipotesis yang berbunyi, ‘diduga ada pengaruh
positif yang signifikan antara variabel X terhadap Y’. Nah, hipotesis
tersebut harus diuji dengan pengujian satu arah. Bedanya apa? Lihat saja
kedua hipotesis tersebut, ada kata positif dan tidak ada kata positif.
Jadi jika
kita sudah mengetahui arah dari hubungan antara dua variabel, maka kita
harus menggunakan pengujian satu arah. Coba perhatikan hipotesis ini,
‘diduga X berbeda dengan Y’. Nah pengujiannya apa? Ya jelas pengujian
hipotesis dua arah. Berbeda dengan ini, ‘diduga X lebih tinggi dari pada
Y’, di mana ini adalah pengujian hipotesis satu arah.
Perumusan
hipotesis, apakah menggunakan arah atau tidak dilakukan berdasarkan
telaah teoretis, atau merujuk kepada penelitian yang telah ada
sebelumnya (kalau ada). Misalnya, sudah ada referensi bahwa variabel X
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Y, maka jika kita akan
melakukan replikasi terhadap penelitian tersebut, ya sebaiknya
menggunakan hipotesis satu arah. Artinya kita melangkah lebih lanjut
dari pada penelitian sebelumnya yang hanya mengetahui bahwa ada pengaruh
saja. Penelitian kita akan memberikan manfaat lebih lanjut, yaitu bahwa
pengaruh tersebut adalah positif atau negatif (jika memang ada teori
yang mendukung).
Jika kita
menggunakan analisis regresi linear, maka untuk pengujian dua arah, dan
menggunakan signifikansi sebesar 5%, maka signifikansi akan dilihat
dari nilai signifikansi output, di bawah 0,05 (hipotesis diterima) atau
di atas 0,05 (hipotesis ditolak). Kita tidak perlu melihat berapa nilai t
outputnya, apakah positif atau negatif. Akan tetapi, jika kita
menggunakan hipotesis satu arah, pada signifikansi 5%, maka nilai
signifikansi output harus dibagi dengan dua terlebih dahulu. Misalnya
output signifikansi adalah sebesar 0,096, maka hipotesis diterima,
karena 0,096 : 2 = 0,048 (< 0,05).
selamat pagi
BalasHapuskak bisa minta sumbernya gak, dari buku siapa gitu?
boleh minta sumbernya?? kirim email ya Issetiantoanggi@gmail.com
BalasHapusTerimakasih..
Klu X ada dua gimana itu,satu arah atau 2 arah?
BalasHapussaya minta sumbernyalah pak, tolong ya pak
BalasHapusSays minta sumbernua pak
BalasHapus